Jumat, 30 Maret 2018

Biografi Imam Al-‘Imrony As-Syafi’i



 Biografi Al-‘Imrony
a.       Kelahiran dan kondisi lingkungan
Al-‘Imrony lahir pada tahun 489 Hijriyah. Seorang Syaikh (mahaguru) pengikut aliran fiqih Syafi’i berkebangsaan Yaman ini mempunyai nama lengkap Yahya bin Abi Al-Khoir bin Salim bin Sa’id bin Abdillah bin Muhammad bin Musa bin Imron Al-‘Imrony al-Yamany.[1] Nama Al-‘Imrony dinisbatkan kepada beliau karena ia merupakan keturunan dari ṣahabat Imron bin Rabi’ah.[2]
Beliau lahir di sebuah desa bernama Sair,[3] terletak di sebelah timur laut (syamāl syarq) kota Janad. Kota Janad sendiri adalah sebuah kota setingkat kota kabupaten yang masuk dalam wilayah kegubernuran Taiz, Yaman. Kota Janad terletak 21 km sebelah timur laut kota Taiz. Sedangkan Taiz teletak di 1324 km sebelah barat Hadramaut.[4] Menurut penuturan Qodli Ismail al-Akwa’ dalam kitab Hijar al-‘ilm wa Ma’āqilihi fī al-Yaman, Secara geografis desa tersebut merupakan wilayah dataran rendah Yaman (al-Yaman al-asfal) karena letaknya berada pada lembah Sair (wādy sair). Namun, Sair adalah desa yang masyhur sebagai daerah terdidik, banyak alumninya yang menjadi tenaga pendidik, ahli fatwa, ahli fiqih, dan lain sebagainya,[5] namun sayang tidak disebutkan siapa saja tokoh yang lahir dari desa tersebut
b.     Pendidikan
Pendidikam Al-‘Imrony tergolong sangat panjang. Beliau mengembara ke beberapa daerah untuk mendengar, mengkaji, dan belajar kepada beberapa ulama, diantaranya adalah:
1)     Imam Abu al-Futūh bin ‘Utsman Al-‘Imrony, beliau adalah paman Abu al-Husain. kepadanya, Abu al-Husain belajar kitab At-Tanbīh dan Kāfy al-Farāiḍ karya Syaikh Iṣaq bin Yusuf bin Ya’qub Aṣ-Ṣardlofī.
2)     Imam Zain bin Abdillah al-Yafa’i
3)     Abu al-Hasan Sirōjuddin ‘Ali bin Abi Bakr Himir al-Yamani al-Hamdani, beliau adalah ahli hadits terkenal. Kepadanya, Abu al-Husain juga belajar kitab Kāfy al-Farāiḍ dan At-Tanbīh lagi.
4)     Dan untuk kesekian kalinya, Abu al-Husain belajar lagi kitab At-Tanbīh, kali ini dengan Imam Musa bin Ali As-Ṣa’by
5)     Kemudian atas permintaan dari masyāyikh bani Imron, al-Faqīh Abdullah bin Ahmad az-Zabrani datang ke desa Sair, dan darinya Abu al-Husain belajar kitab Al-Muhażżab, Al-Luma’ karya Abu Iṣaq, al-Mulakhkhoṣ, al-Irsyād karya Imam Ibnu ‘Abdawaih, dan untuk kesekian kalinya belajar lagi kitab Kāfy al-Farāiḍ karya Aṣ-Ṣardafi.
6)     Kemudian Abu al-Husain pindah ke Uhażah bersama al-Faqīh Umar bin ‘Alqomah, di sana beliau menimba ilmu dari Imam Zaid bin Hasan al-Fāyisyi. Kitab yang dikaji adalah Al-Muhażżab, Ta’līqat asy-Syaikh Abi Iṣāq fī Uṣūl al-Fiqh, Al-Mulakhkhoṣ, Ghorīb al-Hadīts karya Abu Ubaid al-Harawy, Mukhtaṣar al-‘Ain karya Imam al-Khawafy, Niżām al-Ghorīb karya Ar-Roba’i. Ketika kembali lagi ke desa Żi as-Safāl, beliau belajar ilmu Nahwu (tata bahasa Arab) dalam kitab Al-Kāfy karya Ibnu Ja’far Aṣ-Ṣaffār, dan kitab Al-Jumal karya Az-Zijāji.[6]
c.        Pengakuan terhadap Al-‘Imrony
Imam Abu al-Husain Al-‘Imrony adalah ulama yang cerdas. Kecerdasan beliau sudah mulai nampak sejak kecil. Belum genap berusia tiga belas tahun beliau sudah hafal al-Quran. Di usia yang sama, beliau juga sudah membaca kitab At-Tanbīh, al-Muhażżab, faraiḍ, dan banyak lainnya. Kedalaman ilmunya banyak diakui, salah satunya adalah Imam Tājuddin As-Subuki, beliau mengatakan:
قال السبكي عنه: كان إماما زاهدا, ورعا خيِّرا, مشهور الإسم, بعيد الصِّيت, عارفا بالفقه والأصول والكلام والنحو, يحفظ "المهذب" عن ظهر القلب, وقيل: كان يقرؤه كل ليلة, كما يحفظ "اللمع" و "الإرشاد", وغيرها.[7]
Artinya:  Imam as-Subuky telah bercerita mengenai Imam Abu al-Husain Al-‘Imrony: “beliau adalah sosok imam yang zuhud, wira’i, namanya masyhur, reputasinya tinggi, sosok yang mengerti betul permasalahan fiqih, uṣul, teologi, dan tata kebahasaan. Beliau hafal kitab Muhażżab di luar kepala, diceritakan bahwa setiap malam beliau selalu membacanya. Beliau menghafal Muhażżab, sama seperti ketika beliau menghafal kitab Luma’, al-Irsyād, dan kitab-kitab yang lain.
d.       Karya-karya Al-‘Imrony
Kesaksian as-Subuky di atas bukanlah tanpa alasan, pasalnya kecerdasan dan kealiman Imam Abu al-Husain Al-‘Imrony memang telah dibuktikan ke dalam berbagai buah karya. Dan kitab “al-Bayān” merupakan master piece dari sekian puluh karya beliau yang lain,[8] diantaranya: (1) Az-Zawāid (517-520 H). (2) Al-Ahdāts. (3) Ghorōib al-Wasīṭ. (4) Mukhtaṣor al-Ihyā’. (5) Al-Intiṣōr fī ar-Rodd ‘ala al-Qodariyyah al-Asyrōr. (6) Manāqib al-Imām as-Syāfi’i. (7) As-Su`āl ‘ammā fī al-Muhażżab min al-Isykāl. (8) Musykil al-Muhażżab (kitab ini menurut sebuah riwayat ditulis untuk memenuhi permintaan muridnya, Muhammad bin Muflih, tahun 549 H). (9) Al-Fatāwa. (10) Syarh al-Wasāil. (11) Al-Ihtirōzāt. (12) Maqāṣid al-Luma’. (13) Manāqib al-Imām Ahmad. (14) As-Su`āl ‘ammā fī al-Muhażżab wa al-Jawāb ‘anhā. (15) Ad-Daur. 
Selain dikenal sebagai seorang ‘Ālim (luas wawasan keilmuannya), Imam Abu al-Husain Al-‘Imrony juga dikenal sebagai pribadi yang santun, mempunyai rasa hormat yang tinggi kepada sesama, sehingga dari sini banyak orang yang akhirnya juga menaruh hormat dan cinta kepada beliau. Beliau juga dikenal sebagai sosok yang disiplin dalam menggunakan waktu, seluruh waktunya tidak boleh terlewat kecuali dengan selalu berżikir kepada Allah dan mużakarah (mengingat-ingat) pelajaran/ ilmu.[9]



[1]Tajuddin Abi Naṣr ‘Abd al-Wahhāb bin ‘Ali bin ‘Abd al-Kāfy as-Subuky, Ṭabaqāt as-Syāfi’iyyah al-Kubrō, Jeddah: Dār Ihyā’ al-Kutub al-‘Arobiyyah, Juz VII, cet. Ke 5, t.ṭ., hlm. 336. Umar bin Ali bin Samuroh al-Ja’idy, Ṭabaqāt Fuqohā’ al-Yaman, Beirut: Dār al-Qolam, t.ṭ., hlm. 174. Abu Muhammad Qōsim bin Muhammad bin ‘Ārif Agā an-Nūry, dalam Abi al-Husain Yahya bin Abi Al-Khoir bin Salim al-‘Imrōny, Al-Bayān fī Maẓhab al-Imām as-Syāfi, Damaskus: Dār al-Minhāj, Jilid I, cet. ke 1, 1421 H/ 2000 M, hlm. 120.
[2]Abu Muhammad Qōsim bin Muhammad bin ‘Ārif Agā an-Nūry, dalam Abi al-Husain Yahya bin Abi Al-Khoir bin Salim al-‘Imrōny, Al-Bayān..., Juz I, hlm. 121.
[3]Yāqūt al-Hamā, Mu’jām al-Baldān, Juz III, hlm. 296, dalam Abi al-Husain Yahya bin Abi Al-Khoir bin Salim al-‘Imrōny, Al-Bayān..., Juz I, hlm. 121.
[4]Sumberdari id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 31-03-2016, pukul 22.44 wib.
[5]Qodli Ismail al-Akwa’, Hijar al-‘ilm wa Ma’āqilihi fī al-Yaman, dalam Abi al-Husain Yahya bin Abi Al-Khoir bin Salim al-‘Imrōny, Al-Bayān..., Juz I, hlm. 121-122.
[6]Abu Muhammad Qōsim bin Muhammad bin ‘Ārif Agā an-Nūry, dalam Abi al-Husain Yahya bin Abi Al-Khoir bin Salim al-‘Imrōny, Al-Bayān..., Juz I, hlm. 123.
[7]Abu Muhammad Qōsim bin Muhammad bin ‘Ārif Agā an-Nūry, dalam Abi al-Husain Yahya bin Abi Al-Khoir bin Salim al-‘Imrōny, Al-Bayān..., Juz I, hlm. 122.
[8]Abu Muhammad Qōsim bin Muhammad bin ‘Ārif Agā an-Nūry, dalam Abi al-Husain Yahya bin Abi Al-Khoir bin Salim al-‘Imrōny, Al-Bayān..., Juz I, hlm. 129-130.
[9]Abu Muhammad Qōsim bin Muhammad bin ‘Ārif Agā an-Nūry, dalam Abi al-Husain Yahya bin Abi Al-Khoir bin Salim al-‘Imrōny, Al-Bayān..., Juz I, hlm. 127.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar