Jumat, 30 Maret 2018

Biografi Imam Sahnun Al-maliki



       IMAM SAHNUN
1.      Biografi Imam Sahnun
Imam Sahun dikenal juga dengan Abu Sa’id Sahnun. Adapun nama lengkapnya adalah Abdussalam Ibn Sa’id Ibn Habib al-Tanukhi al-Arabi. Beliau bertempat tinggal di maghribi (Maroko). Beliau berasal dari Syam, tepatnya dari Humush. Imam Sahnun lahir pada tahun160 H (776/777 M.). Ayah beliau, Sa’id, adalah seorang tentara dari Syam dan beliau bukanlah seorang yang kaya, namun Sahnun muda sangat menikmati hidupnya dan pembelajarannya pada para ulama’ di kotanya yang sederhana tersebut.[1]Abu Sa’id datang bersama rombongan pasukan Humush. Julukan yang diberikan pada beliau adalah panggilan umumnya yakni “Sahnun”. Julukan tersebut diambil dari nama seekor burung yang cerdas dan berakal tajam. Hal ini disebabkan pemikiran Imam Sahnun yang terkenal sangat tajam dalam berbagai masalah.[2]
Imam Sahnun orang yang sangat terpercaya, jujur, wara’, tegas dalam kebenaran dan zuhud. Abu Bakar al-Maliki berkata, “Kendati demikian, ia tetap lembut hati, mudah berlinang air mata, khusyu’, tawaddu’, tidak banyak pura-pura namun sangat keras terhadap ahli bid’ah”. Asyhab pernah ditanya seseorang, “Siapa orang yang datang kepada kalian dari Maghrib?”. Beliau menjawab, “Sahnun”. Bukannya Asad Ibn Furad?” tanya seorang itu lagi. Ia menjawab, “Sahnun, demi Allah, ia lebih ahli fikih sembilan puluh sembilan tingkat dari Asad Ibn Furat”.[3] Asad Ibn Furad adalah salah seorang murid Imam Malik yang memiliki banyak bakat potensi. Selain seorang faqih ia juga ahli menunggang kuda. Beliaulah yang menjadi pimpinan pasukan muslim dalam menakhlukan Sisilia, dimana beliau gugur sebagai syuhada’.[4] 
Sahnun pernah menjadi hakim setelah sebelumnya dipaksa menjabat. Padahal tadinya ia menolak jabatan itu di tahun 234 Hijriah. Ketika itu usianya 74 Tahun. Jabatan hakim diembannya sampai ia meninggal di tahun 240 Hijriah, atau hanya selama enam tahun. Dalam mengemban tugasnya sebagai hakim, beliau tidak pernah mengambil gajinya, juga tidak mau berhubungan dengan sultan.[5] 
Imam Sahnun Abdul Salam Ibn Sa’id at-Tanukhi meninggal pada hari senin tahun 240 H. dalam usia 80 tahun.[6]

2.      Pendidikan Imam Sahnun
Imam Sahnun belajar fiqih kepada ulama’ Mesir dan Madinah hingga menjadi ahli fiqih dan tokoh terkenal pada zamannya. Beliau menulis kitab al-Mudawwanah dalam madzhab yang menjadi sandaran madzhab Maliki.[7]Pengembaraannya dalam mendulang ilmu tentang fiqh Imam malik berawal dari surat rekomendasi gurunya yakni al-Buhlul Ibn Rasyid kepada Ali Ibn Ziyad untuk mengajari murid kesayangannya yakni Sahnun di tunisia. Tanpa mengurangi rasa hormat Ali Ibn Ziyad kepada al-Buhlul, Ali datang untuk mengajari Sahnun muda tentang apa yang beliau pelajari dari Imam Malik. Proses pembelajaran ini yang membuat Sahnun muda semakin haus akan fiqh Imam Malik. Pada tahun 178 H., Sahnun muda mengembara ke mesir untuk mendalaminya dengan belajar kepada murid-murid terkemuka Imam Malik, seperti Ibnu Al-Qasim, Ibn Wahab dan Ashab. Pada saat itu Sahnun muda telah membawa beberapa bagian dari kitab al-Muwaththa’ yang telah dipelajarinya dari Anas Ibn Furat.[8]
Sebenarnya beliau sangat ingin belajar langsung kepada Imam Malik sebelum sang Imam Meninggal, namun ketika itu beliau belum memiliki cukup biaya untuk mengembara. Oleh sebab itu beliau hanya bisa belajar dan mendengar dari Ibnu al-Qasim, murid Imam Malik. Jawaban-jawaban Imam Malik terhadap masalah-masalah yang ada dibenak Sahnun, bisa didengar dan didapat dari Ibnu Al-Qasim.[9]
Imam Sahnun pernah berkata, “Aku tengah berada ditempat Ibnu Al-Qasim dan jawaban-jawaban Imam Malik terhadap berbagai masalah selalu ditanyakan kepadanya”. Kemudian Sahnun ditanya, “Mengapa kamu tidak mendengar langsung dari Imam Malik?” Imam Sahnun menjawab “Aku tidak memiliki banyak uang”. Pada kesempatan lain beliau menuturkan “itu karena kemiskinanku. Jika bukan karena kemiskinan, maka aku bisa belajar dari Malik”. Selain dari Ibnu Qasim, beliau juga belajar kepada Ibnu Wahab, Asyhab, Abdullah Ibn Abdul Hakam dan murid-murid Imam Malik lainnya.[10]
Setelah berbekal ilmu dari negeri Mesir dan kota-kota lainnya, ia kembali ke Maghrib. Disana, kepemimpinan ilmu diserahkan kepadanya. Pendapat-pendapatnya dijadikan sandaran. Imam Sahnun pun menulis kitab Al-Mudawwanah dan ia memiliki sejumlah murid dan sahabat yang tidak dimiliki murid-murid Imam Malik lainnya.[11]
Sebagai guru utamanya dalam mempelajari fiqh Imam Malik Abu Abdullah, Abdurrahman Ibnu al-Qasim (meninggal di Mesir pada than 191 H.) adalah seorang yang belajar ilmu fiqh dari Imam Malik selama 20 tahun. Dan dari al-Laits Ibn Sa’ad seorang ahli ilmu fiqh mesir (meninggal pada tahun 175 H.). Yahya Ibn Yahya menganggapnya sebagai seorang yang paling alim tentang ilmu Imam Malik dikalangan sahabatnya dan orang yang paling amanah terhadap ilmu Imam Malik. Beliau telah meneliti dan mentashih kitab al-Mudawwanah yaitu kitab terbesar dalam madzhab Malik. Imam Sahnun al-Maghribi mempelajari kitab ini dan kemudian menyusun ulang berdasarkan susunan fiqh Abu Abdullah.[12]
Abdurrahman Ibnu al-Qasim adalah murid Imam Malik yang paling hebat dan terkenal. Kedudukan Abdurrahman Ibnu al-Qasim dalam madzhab Malik seperti kedudukan Muhammad Ibn al-Hasan dalam madzhab Hanafi, karena keduanya adalah rawi dan pengusung madzhab guru-gurunya. Ibnu Qasim menjadi hujah dan fondasi utama madzhab Maliki. Banyak orang yang meriwayatkan darinya dan kepadanya segala masalah dan fatwa Imam Malik dirujuk.[13]

3.      Karangan Imam Sahnun
Kitab al-Mudawwanah adalah buku yang ditulis oleh Imam Sahnun dan diperiksa serta diteliti oleh Ibnu al-Qasim. Sehingga tidak jarang orang-orang menganggap Ibnu Qasim sebagai pemilik dan penulis al-Mudawwanah.[14]Brockelmann, dalam bukunya Arabic Literature, mengatakan bahwa Asad Ibn Furat dan Ibn Qasim memiliki tugas untuk menyebarkan madzhab Maliki di daerah barat. Namun, hal itu benar-benar terjadi berkat jasa Imam Sahnun karena telah mengarang kitab al-Mudawwanah, yang mana kitab tersebut berpondasikan kitab karangan Imam Malik yakni al-Muwaththa’. Sebelum era 1300-an, kitab ini sangat sulit dijumpai. Namun sejak tahun 1324 M. edisi pertama kitab ini telah diterbitkan di cairo dengan cetakan sebanyak empat volume. Dan edisi kedua pada tahun 1905 M. Sebelumnya kitab ini mulai beredar pada era 400-an dan kesemuanya disalin dengan tulisan tangan.[15] 
Kisah lain tentang kitab al-Mudawwanah diceritakan dalam sebuah kitab karangan Imam adz-Dzahabi yang menyebutkan bahwa asal muasal kitab al-Mudawwanah karangan Imam Sahnun adalah pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh Asad Ibn Furat kepada Ibnu Qasim. Ketika Imam Sahnun pergi membawanya, beliau mentashihkan pengetahuannya akan kitab tersebut kepada narasumber utamanya yakni Ibnu Qasim. Ibnu Qasim lalu membetulkan kesalahan yang ada didalamnya, juga menggugurkannya. Kemudian Imam Sahnun menyusun kembali dan memberinya bab-bab. Beliau juga menyatukan dasar-dasar untuk jawaban yang ditanyakan dan beberapa diantara dasar-dasar tersebut adalah atsar-atsar yang diriwayatkannya sendiri.[16]



[1]E.J.Brill’s, First Encyclopedy Of Islam, (Laiden: Photomechanical reprint Vol VII 1987), hlm. 64
[2]Tariq Suwaidan, Biografi Imam Malik: Kisah Perjalanan dan Pelajaran Hidup Sang Imam Madinah, (Jakarta: Zaman 2012), hlm.287
[3]Tariq Suwaidan, Biografi Imam Malik: ….,hlm.288
[4]Tariq Suwaidan, Biografi Imam Malik: …., hlm. 283
[5]Tariq Suwaidan, Biografi Imam Malik: …., hlm. 288
[6]Adz-Dzahabi, As-Siyar A’lam An-Nubala’, Terj. Fathurrahman dan Abdul Somad (Jakarta: Pustaka Azzam Jil 3 2008), hlm 17, lihat juga E.J.Brill’s, First Encyclopedy Of Islam….,  hlm. 65
[7]Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu, (Beirut: Dar Al-Fikr, Juz. 1), hlm. 34
[8]E.J.Brill’s, First Encyclopedy Of Islam….,  hlm. 64
[9]Tariq Suwaidan, Biografi Imam Malik: ….,hlm.287
[10]Tariq Suwaidan, Biografi Imam Malik: ….,hlm.287
[11]Tariq Suwaidan, Biografi Imam Malik: ….,hlm.287-288
[12]Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu, (Beirut: Dar Al-Fikr, Juz. 1), hlm. 32
[13]Tariq Suwaidan, Biografi Imam Malik: ….,hlm. 270-271
[14]Tariq Suwaidan, Biografi Imam Malik: ….,hlm. 268-270
[15]E.J.Brill’s, First Encyclopedy Of Islam …., hlm. 65
[16]Adz-Dzahabi, As-Siyar A’lam An-Nubala’, Terj. …., hlm. 17

1 komentar: