Biografi Imam Al-Haritsi ( Ulama madzhab Hambali)
a. Kelahiran dan kondisi
lingkungan
Bernama lengkap Sa’du Al-Din
Abu Muhammad wa Abu ‘Abdurrahman Mas’ud bin Ahmad bin Mas’ud bin Zaid bin
‘Iyasy Al-Haritsi Al-Baghdadi.[1]
Julukan Al-Haritsi dinisbatkan kepada daerah Al-Haritsiyah yang berada di kota
Baghdad yang sebelah barat yang mana daerah tersebut merupakan daerah asal
ayahnya[2].
Beliau dilahirkan di Baghdad
dekat makamnya Syaikh Ma’ruf al-Kurkhy Baghdad Barat, pada tahun 652 H
bertepatan dengan tahun 1254 M[3].
Al-Haritsi hidup pada masa Daulah Mamalik. Kondisi Mesir pada saat itu
kondusif, tidak seperti di Maroko dan Andalusia yang mengalami peperangan.
Mesir merupakan pusat ilmu, terbukti terdapat banyak Universitas atau masjid
jami’ diantaranya :[4]
1) Masjid Jami’ Amr bin Ash
Masjid jami’ ini dibangun oleh
sahabat Amr bin ‘Ash pada tahun 21 H di atas tanah wakaf. Masjid tersebut sudah
mengalami banyak renovasi sehingga masih tegak berdiri. Aktifitas di masjid
tersebut tidak cuman untuk tempat shalat berjamaah namun ada khalaqat ad-dars
atau kumpulan kajian ilmu. Hal ini sudah menjadi tradisi sejak Nabi Muhammad
Saw. Bahwa fungsi masjid disamping untuk
shalat juga untuk kajian ilmu pengetahuan. Dimasjid ini banyak zawiah dan yang
paling terkenal adalah zawiyah Al-Imam Al-Syafi’i, karena beliau pernah mengajar
disini.
2) Masjid jami’ Ibnu Thalun
Letak masjid ini berada di
Jabal Yasykur di luar Kairo, ide ini muncul karena keprihatinan masyarakat
terhadap sempitnya masjid Amr bin ‘Ash.
Masjid ini dibangun oleh Ahmad bin Thalun mulai tahun 263 H dan selesai
tahun 265. Setelah selesai dibangun beliau bermimpi dan menurut para penakwil
menyimpulkan masjid jami’ tersebut tetap berdiri ketika masjid sekelilingnya
hancur. Masjid itu direnovasi pada masa Khisam Al-Din Lajin Al-Mansuri dan
dijadikan kajian Al-Madzahib al-Arba’ah
3) Universitas Al-Azhar
Universitas ini dibangun oleh Jauhar Al-Shaql yang
selesai pada tahun 361 H. Universitas ini ketika masa Daulah ‘ubadiyyah bukan
kajian ajaran Syi’ah namun ketika dikuasai oleh Daulah Fathimiyyah dijadikan
pusat kajian agama dan ilmiah
4) Masjid jami’ Al-Hakim
Masjid ini terletak di kota Kairo di bangun pada
tahun 403 H dan direnovasi pada tahun 703 H.
b. Pendidikan
Al-Haritsi merupakan sosok yang banyak melakukan rihlah
ilmiyyah, ia berpindah dari negara satu ke negara lain, awalnya ia pergi ke
Mesir dan tinggal di Mesir berguru kepada Syaikh Al-Ridla bin Al-Burhan, Al-Najib
Al-Harani, Ibnu ‘Alaf, dan dari sahabat Imam Al Bushiri, kemudian pindah ke
kota Iskandariyah disanalah beliau banyak mendapat ilmu dari ulama-ulama setempat
diantaranya Syaikh Usman bin Auf dan Ibn al-Farat.[5]
Setelah di Iskandariyah beliau melakukan rihlah
ilmiah ke Damaskus pada Tahun 673 H. Di Damaskus beliau mendapat ilmu yang
banyak dari ulama setempat, seperti Syaikh Ahmad bin abi Musa dan Halqun.[6] Sekembali dari Damaskus beliau pulang ke Mesir dan
mukim di sana, ia disamping sebagai ulama juga berprofesi sebagai hakim
tepatnya pada tahun 709 H[7], ia menjabat menjadi hakim selama 2 tahun setengah,
ia dikaruniai anak yang cendekia. [8]
Imam Al-Haritsi wafat pada waktu pertengahan malam
yang akhir, pada hari Rabu tanggal 14
Dzulhijjah tahun 711 H bertepatan dengan tahun 1312 M di Kairo dan dimakamkan
di Qarafah.[9]
c. Pengakuan terhadap Imam Al-Haritsi
Imam Al-Haritsi merupakan
ulama mujtahid madzhab generasi pertengahan (mutawāsithūn). Banyak
sejarawan yang memuji terhadap Imam Al-Haritsi. Diantaranya Imam Al-Dzahabi , beliau mengatakan, “Imam
Al-Haritsi ahli fikih, pemikir, mufti, mengetahui Hadis dan cabang ilmunya,
yang mengetahui terhadap madzhabnya dan termasuk tokoh besar madzhab Hambali.[10]
Imam Al-Yafi’i mengatakan
“Al-Haritsi adalah penulis, ahli agama, bermartabat luhur, fasih, cerdas,
menjadi hakim, ia merupakan imam ahli Hadis dan mufti”[11]
Ibnu Rajab berkata, “Imam
Al-Haritsi menulis dengan khath yang bagus, tulisannya terkenal dan
beliau haji lebih dari satu kali”[12]
Imam Al-Dzahabi mengatakan, “Imam Al-Haritsi mempunyai tulisan yang bagus,
mengetahui secara rinci terhadap madzhabnya dan termasuk tokoh besar dalam
bidang hadis.[13]
d. Guru dan murid serta karya
Imam Al-Haritsi
Guru-guru Imam Al-Haritsi
baik di Mesir, Iskandariyah maupun di Damaskus antara lain[14]
1) Al-Radhi bin Burhan
2) Al-Najib Al-Harani (587-672)
3) Ibnu ‘Alaq (586-762 H)
4) Usman bin ‘Auf (wafat 674 H)
5) Ibnu Abi Al-Khair (589-678
H)
6) Jamal Al-Din Al-Shairafi
(583-678 H)
7) Ibnu Al-Furat
8) Musa
9) Muhammad bin Ibrahim
Al-Maqdisi
10) Dliya’uddin Al-Qurtubi
11) Radli Al-Din Al-Syathibi
12) Al-Maraghi
13) Zainab binti Maki Al-Harani
14) Ibnu Hurairah
15) Ibnu Al-Bukhari
16) Ibnu Syabib Al-Hambali
17) Abu Muhammad Al-Bashri Al-Hambali
Adapun murid-murid Imam Al-Haritsi
banyak sekali yang menjadi ulama terkenal dan berkontribusi banyak terhadap
penyebaran hukum Islam, diantaranya adalah :[15]
1) Ibnu Al-Khabaz (629-703 H)
2) Al-Barzali (665-739 H)
3) Abu Al-Hajaj Al-Mazy
(654-742)
4) ‘Ali bin Abdul Kafi bin ‘Ali
bin Tamam bin Yusuf bin Musa bin Tamam Al-Subky (683-756 H)
5) ‘Izzudin bin Jama’ah
(694-767 H)
6) Syihabuddin ibnu Al-‘Izzi
(707-798 H)
7) Maufiq Al-Din ibnu Rajih
(wafat 695 H)
8) Najmu Al-Din Al-Tufiy
(657-716 H)
9) Abdurrahman bin Mas’ud Al-Haritsi
(671-732 H)
10) Al-Zankaluniy (679-740 H)
11) Sana’ binti Abdurrahman
(wafat 672 H)
12) Badruddin Abu Ishak (698-775
H)
13) Al-Kalāi (698-775 H)
Imam al-Haritsi banyak mengarang kitab dan membuat catatan diantaranya:[16]
1) Dalam masalah fikih beliau
menyusun Syarh kitab Al-Muqni’, namun beliau hanya mulai dari bab ‘āriyah
sampai akhir bab wasiat.
2) Men-syarah-i sebagian
kitab Sunan Abu Dawud
3) Men-tahrīj kitab Amalī
kemudian menjelaskan hadits dan perawi yang ada didalamya
4) Men-tahrīj mu’jam milik
gurunya yakni Syamsuddin Ibni Abi Umar Dan catatan-catatan lainnya.
[1] Ibnu Rajab, Kitab Al-Dzail
‘ala Thabaqat Al-Hanabilah, Beirut, Dar Al-ma’rifah, t.t, Jilid IV, hlm.
362
[4]Aminah bin ‘Azamillah bin Jarillah al-Jarillah,
Tahqiq kitab Syarh Al-Haritsi ‘Ala Al-Muqni’, Kuwait, Al-Gheras, 2013,
56-60
[6] Ibnu Muflih, Al-Maqshīd
Al-Arsyad fi dzikri Al-Imam Ahmad, Riyad, Maktabah Ar-Rusyd, t.t, hlm. 30
[7] Muhammad bin ‘Ali
Asy-Syaukani, Al-Badru Ath-Thali’ bimahasin Man Ba’da Al-Qarn As-Sabi’, Kairo,
Dar Al-Kitab, Al-Islami, t.t, Jilid II, hlm. 303
[11] Al-Yafi’i, Mir’ah
Al-Jinān wa ‘ibrah Al-Yaqdhān, Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1997, Jilid
IV, hlm. 189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar