Biografi Imam As-Syarkhasi
a.
Riwayat Hidup
Imam
Al-Sarkhasi nama lengkapnya ialah Abu Bakr Muhammad bin Abi Sahl. as-Sarkhasi nama
yang populer dan sudah tidak asing lagi. Beliau memiliki julukan Syams al-A’imah (Matahari para Imam). Beliau
termasuk ulama besar yang bermadzhab Hanafi namun tahun kelahiran beliau tidak
kami temukan. Nama Sarkhasi merupakan nama sebuah kota tua di Khurasan,[1]
Imam
as-Sarkhasi memiliki banyak karangan kitab, Sejumlah besar karya imam al-Sarkhasi
ditulis di penjara. Beliau cukup lama di tempat itu. Hanya karena Ia pernah
mengkritik Raja. Setelah keluar dari penjara beliau pergi ke Farghana dan
disambut dengan hormat oleh Gubernur Hasan, dan beliau meninggal pada tahun 483
H.[2]
b.
Pendidikan
Ulama-ulama yang pernah menjadi guru al-Syarkhasi, diantaranya
adalah sebagai berikut:
Syamsul Aimmah
Abi Muhammad Abdal-Aziz bin Ahmad al-Halwani,[3]
Burhān al-‘Aimmah Abd al-Azīz bin ‘Umar bin Māzah, Mahmūd bin Abd al-Azīz
al-Aūzajandy, Ruknuddin Masūd bin al-Hasan, ‘Utsman bin ‘Ali bin Muhammad
al-Sakandary,[4]
Beliau belajar ilmu fiqh pada Abdul
al-Aziz al-Halwani sampai Ia berhasil dan menjadi ulama besar, bahkan menjadi
tokoh terkemuka mazhab Hanafi. Keahliannya bukan hanya dalam fiqh, melainkan
juga dalam ilmu kalam dan Hadits. Ibnu Kamal Pasya memasukannya sebagai
Mujtahid fi al-Masail. Sebagian muridnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim
al-Husairi, Abu Amr Usman bin Ali bin
Muhammad al-Bikindi dan Abu Hafs Umar bin Hubaib, kakek pengarang kitab
al-Hidayah.[5]
c.
Karya
Di antara
karya-karya imam as-Syarkhasi yang sampai kepada kita antara lain:
1.
Kitab al-Mabsuth
2.
Kitab Ushul Fiqh yang dikenal dengan Ushul al-Sarakhsi.
3.
Kitab Syarah al-Siyar al-Kabīr - 2 jilid (ditulis
ketika dalam penjara al-jab).
5.
Syarah al-Jāmi’ al-Ŝaghīr li Imam Muhammmad al-Syaibani.
6.
Syarah al-Ziyādāh lah.
7.
Syarah Ziyādāh al-Ziyādāh lah.
8.
Syarah kitab al-Nafaqāh li al-Khassafi.
9.
Syarah Adab al-Qādi li al-Khassafi.
10. Kitab Asyrāh
al-Sā’ah.
11. Kitab al-Fawā’id
al-Fiqhiyyah.
12. Kitab al-Haidh.[7]
[2]Abdullah
Mustopa al-Maraghi, Pakar-pakar Fiqh Sepanjang Sejarah, Yogyakarta:
LKPSM, Cet. ke-1, 2001, h. 162.
[4] Al-Alamah Abī
al-Hasanāh Muhammad Abd al-Hayyi al-Hindy, Al-Fawāid al-Bahiyyah fi Tarājum
al-Hanafiyyah, (Kairo: Dāru al-Kitāb al-Islamy, t.th), h. 158.
[5] Syamsuddin
as-Sarakhsi, al-Mabsuth, Beirut: Da al-Kutub al-Ilmiah, h. 33.
[6] Abu al-Fidā’ Zainuddin Qāsim bin Quṭlūbughā al-Sūdūny, Tāju
al-Tarājum, hlm. 235.
[7] http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=259555. Diakses
23-04-2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar