SABAR dan JUJUR
A. Pengertian Sabar
Kata “sabar” berasal dari bahasa Arab yaitu sobaro yasbiru, yang
artinya menahan, mencegah atau mengekang. Secara istilah sabar adalah menahan
jiwa dari perasaan cemas, menahan lisan dari berkeluh-kesah, menahan diri dari
segala sesuatu bentuk keusulitan, kesedihan atau menahan diri dalam menghadapi
sesuatu yang tidak disukainya.[1]
Menahan jiwa dan mengekangnya oleh perangai dan sifat reflektif
(spontanitas) untuk tidak memenuhi panggilan suatu perbuatan yang tidak baik,
hal tersebut dinamakan shabara (sabar). Apabila memaksakan dan melatih
kesabaran serta menengguk pahitnya, maka dinamakan tashabbar. Apabila
seseorang memaksakan dan menuntut dirinya untuk berlaku sabar maka hal itu akan
menjadi pembawaan; sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad S.A.W
وَمَنْ يَتَصَبَّر يُصَبِّرْهُ الله
“Orang yang memaksakan
bersabar niscaya Allah menjadikannya orang yang sabar.” (H.R AL-Bukhari dan
Muslim).
Dari segi kekuatan sabar, manusia dapat digolongkan menjadi tiga. Pertama,
kekuatan sabar untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat adalah lebih kuat
daripada kesabaran menjauhi hal-hal yang membahayakan. Kedua,kekuatan
sabar menjauhi larangan-larangan adalah lebih kuat daripada kesabarannya
menghadapi beratnya kenyataan. Ketiga, adalah orang yang tidak bersabar
pada dua hal tersebut. Hanya sedikit diantara kita yang bisa bersabar dalam
kedua hal tersebut. [2]
Dalam firman Allah disebutkan dalam surat Al-Kahfi ayat28:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاوَةِ وَ الْعَشِيِّ
يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ, وَلَا تَعُدْ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيَوةَ
الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ
هَوَاهُ وَكَانَ اَمْرُهُ فُرُوْطًا (سورة الكهف : ٢٨)
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhan-Nya
pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya dan jangan lah kedua
matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia,
dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari
mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas
(Q. S Al-Kahfi : 28 )[3]
Sabar ialah keteguhan yang membangkitkan motivasi akal dan agama dalam
menghadapi faktor pembangkit keinginan dan hawa nafsu. Tabiat manusia itu
menuntut sesuatu yang disukai, sedangkan pembangkit akal dan agama yang
menangkalnya, hingga pertepuran berkecamuk dan kemenangan silih berganti,
sedangkan medan pertempuran Bersabar dari bercepat-cepat
dalam hal makanan atau mengkonsumsi seuatu yang adalah hati, kesabaran, keberanian, dan ketegaran.
Sabar yang terpuji ialah
kesabaran jiwa secara sukarela dari ajakan hawa nafsu yang tercela. Tingkatan
dan nama-nama sabar itu sesuai variabelnya, dibedakan menjadi :
a.
Bersabar dari
hasrat yang terlarang ialah ‘iffah
b.
Bersabar tidak
mengeluarkan kata dan ucapan tidak baik ialah ‘kitman sir
c.
Bersabar menyikapi
kelebihan penghidupan ialah zuhud
d.
Bersabar terhadap
kecukupan duniawi ialah qona’ah
e.
Bersabar tidak
memenuhi ajakan kemarahan ialah hilm
B. Pengertian Jujur
Jujur dalam arti sempit adalah sesuainya
ucapan lisan dengan kenyataan. Dan dalam pengertian yang lebih umum adalah
sesuainya lahir dan batin. Maka orang yang jujur bersama Allah dan bersama
manusia adalah yang sesuai lahir dan batinnya. Karena itulah, orang munafik
disebutkan sebagai kebalikan orang yang jujur[4],
firman Allah pada surat Al-Ahzab ayat 24 :
لِيَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ
بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِنْ شَاءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ
اِنَّ اللهَ غَفُوْرًا رَحِيْمًا (سورة
الكهف : ٢٤)
“Supaya
Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya,
dan menyiksa orang munafik jika dia kehendaki , atau menrima taubat mereka.
Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab:24) [5]
Dan
tatkala kejujuran mempunyai ikatan kuat dengan iman, maka Rasulullah S.A.W
memaafkan (memakluminya) terjadinya sifat yang tidak terpuji dari seorang mukmin,
namun beliau menolak bahwa seorang mukmin terjerumus dalam kebohongan, karena
sangat jauhnya hal itu dari seorang mukmin. Para sahabat pernah bertanya:
و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْم أَنَّهُ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ جَبَانًا فَقَالَ نَعَمْ
فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ بَخِيلًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ
أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ كَذَّابًا فَقَالَ لَا(رواهمالك)
"Ya
Rasulullah, apakah orang beriman ada yang penakut? Beliau menjawab,'Ya.' Maka
ada yang bertanya kepada beliau, 'Apakah orang beriman ada yang bakhil (pelit,
kikir).' Beliau menjawab, 'Ya.' Ada lagi yang bertanya, 'Apakah ada orang
beriman yang pendusta?' Beliau menjawab, 'Tidak.’( HR Malik)[6]
Para
ahli tasawuf mengartikan jujur adalah “keseimbangan antara lahir dan bathin,
antara berbuat dan berkehendak” yakni kelakuannya tidak berlawanan dengan
amalnya dan amalnya tidak berkelakuan dengan kelakuannya.”
Sedangkan
dusta, yaitu memberikan sesuatu berlainan dengan sebenarnya, walaupun tidak
disengaja. berdusta merupakan ciri-ciri orang munafiq. kalau berbicara dusta,
tidak menepati janji, jika dipercaya khianat, tukang fitnah, melontarkan
tuduhan tuduhan bohong, menipu, berdusta untuk mengelabui kebenaran. Berdusta
merupakan perbuatan keji yang benar-benar bisa membawa kehinaan bagi si
pelakunya. Bahkan dikatakan bahwa dusta memadamkan cahaya eksistensi manusia
dan menyalakan api khianat dalam dada. Dusta menghancurkan ikatan persatuan dan
keharmonisan diantara manusia.
Ungkapan
: “Dusta yang bersifat membangun itu lebih baik daripada kebenaran yang
menyakitkan”. Ini adalah racun masyarakat. ungkapan ini telah menjadi selubung
untuk menutupi sifat-sifat buruk, dan banyak orang yang terpaksa mengambil
jalan ini untuk membenarkan dusta-dusta mereka. Para pendusta itu menderita
gangguan mental yang selalu menjauhkan diri mereka dari kata benar/jujur. Dusta
adalah watak yang paling buruk dan paling menjijikkan, karna dusta adalah suatu
perbuatan yang mengarah kepada segala sifat jahat lainnya. [7]
Oleh
karna itu, manusia diperintahkan agar selalu jujur dengan memperhatikan prinsip
kebenaran pada setiap problem yang dihadapinya dan dilaksanakan diatas hukum
yang benar. Dan yang demikian itu merupakan tiang yang kokoh menurut akhlak
islam.Manusia dituntut untuk selalu berpegang teguh kepada kejujuran karna
kejujuran sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pergaulan dan
membangun masyarakat islam, harus bersikap jujur, agar masyarakat akan melihat
bahwa apa yang diharapkan oleh semua orang ternyata menuju kepada kebenaran
yang hakiki.
Jujur
itu di kategorikan menjadi 3 bagian, yaitu :
1.
Jujur dalam perkataan, yakni mengatakan sesuatu sesuai dengan kandungan hatinya
atau sesuai dengan kenyataan, bila menyatakan sesuatu yang sudah terjadi.
2.
Jujur dalam aqidah, yakni mempercayai sesuatu-sesuatu dengan hakikatnya,
misalnya percaya akan adanya tuhan dan tuhan itu hanyala Allah semata.
3.
Jujur dalam perbuatan, yakni bentuk luar sesuatu perbuatan sama dengan yang
didalam hatinya, misalnya shalat karena Allah semata bukan karena riya’.
Hadist
tentang kejujuran membawa kebaikan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ
الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ
فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (رواه مسلم)
Dari ['Abdullah bin Mas'ud] dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya kejujuran
itu adalah kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang
senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai
orang yang jujur di sisi Allah. Dan sesungguhnya dusta itu adalah kejahatan.
Dan sesungguhnya kedustaan itu akan menggiring ke neraka. Seseorang yang
memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi
Allah." (HR Muslim)[8]
Hadist
ini menganjurkan kita untuk selalu berlaku jujur dalam perkataan, ikhlas dalam
berbuat, dan suci dalalm kelakuan. Dan mengandung pencelaan terhadap orang yang
terus menerus berdusta. Dalam hadist diatas juga disebutkan bahwa orang
yangbjujur akan mendapat petunjuk untuk selalu menempuh kebaikan-kebaikan, dan
orang-orang yang baik tempatnya adalah surga. Orang yang selalu berbuat jujur
akhirnya itu menjadi wataknya dan dengan demikian itu ia akan dicatat disisi
Allah sebagai orang yang jujur.Sebaliknya dusta merupakan pangkal keburukan dan
kehinaan. Orang yang suka dusta tidak akan dipercaya perkataannya dalam
pergaulan, bahkan menjadi saksipun tidak dapat diterima persaksiannya. Oleh
karena itu Rasulullah SAW melarang perbuatan dusta ini dan beliau menjelaskan
bahwa dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan kejahatan, sebahaimana firman
Allah : Al-infithar 14-15.
وَاِنًّ الْفُجَّارَ لَفِيْ
جَحِيْمِ يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّيْن
Orang
yang selalu berdusta akhirnya dusta itu menjadi wataknya dan dengan demikian ia
dicatat disisi Allah sebagai pendusta dan dimasukkan kedalam golongan
orang-orang munafiq.[9]
Dalam hadist nabi
diatas juga terkandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam
perkataan, maka kejujuran akan menjadi karakternya. Barang siapa sengaja
berdusta dan berusaha untuk dusta, maka dusta menjadi karakternya. dengan
latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik atau buruk.
Hadist diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya
membawa orang masuk surga dan yang dusta ke neraka.
[1]Imam
Syamsyudin Muhammad Ibn, Sabar dan Syukur, PUSTAKA NUUN, Semarang, hlm
11 & 15. 2010
[2]
http:/Islamiyah.wibes.com
[3]Al-Qur’an
dan Terjemahannya di terjemahkan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Cv Penerbit
Dipenogoro, Bandung, Q. S Al- Kahfi hlm 297. 2010.
[4]http:/tizar.72.blogspot.sg/2014/10/makalahjujur.html?m=1
[5]Al-Qur’an
dan Terjemahannya di terjemahkan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Cv
Penerbit Dipenogoro, Bandung,Q. S Al-Ahzab hlm 421. 2010.
[7]Fakrur
Rozi, HADITS TARBAWI, Cv Karya Abadi, Semarang, hlm 40-47, 2015
[8]Hadist Muslim, Juz 13, Halaman 15, Hadist
nomor 4720.
[9]Al-Qur’an dan Terjemahannya di terjemahkan
oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Cv Penerbit Dipenogoro, Bandung, Q.S
Al-Infithar hlm 14-15. 2010.
asik balik sabar ada sejuta kebahagiaan
BalasHapus