SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN TURKI USTMANI
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya
mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran
Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari
terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Negeri Anatolia (asia
kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang berada dibawah kekuasaan
Byzantium (Romawi Timur). Penaklukan-penaklukan oleh pasukan Islam, dari ujung
Armenia hingga ke puncak gunung thurus sejak tahun 50 H, pada masa
kekhalifahan muawiyah, kaum muslim belum mampu menaklukkan konstantinopel,
walaupun telah dilakukan berulang kali usaha penyerangan. Setelah perang
maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh orang-orang saljuk dengan
kemenangan yang gemilang aas romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke
negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki pemerintahan yang terkemuka
yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke
tangan Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk romawi . maka terjadilah
peperangan antara Mongolia dank am muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H.
setelah kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah
Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini
sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia, pemerintahan
Utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda
Orang-orang Utsmaniyah
bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari kabilah Ghizz Turkmaniyah yang
beragama Islam dari negeri Turkistan. ketika terjadi penyerbuan mongolia atas
negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam
dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu
terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu
kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman. Nama Kerajaan Usmani diambil
dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang
lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan
Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki
dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina,
kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M,
Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan
Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan serangan
dari Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr)
dari Alaudin dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke
wilayah Barat sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat
perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan
Ertugrul, mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang
berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan
sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih
Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia
pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman
(1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol
Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa
Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim
Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus
memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak
langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar
“Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui
dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara
bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah
perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi
objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan
dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
B. RAJA-RAJA TURKI USMANI
Dalam masa kurang lebih
6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40
orang yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas
beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
1. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/
1294-1326 M)
Pada tahun 699 H. Usman
melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia
mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja
besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah.
Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil
dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
2. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/
1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah
putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak
membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota
kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai
sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I
diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan
pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.
3. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389
M)
Pengganti sultan Urkhan
adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan
juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia
menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang
baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus
dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh
wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya
kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai
cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk
mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam
dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh
pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya
pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia
Monatsir, dan Saloniki.
4. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/
1389-1403 M)
Bayazid adalah putra
Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti
Eiden, Sharukan dan Mutasya di Asia Kecil dan negeri bekas kekuasaan Bani
Saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian
Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan perangan
ini yang merupakan penyebab terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu
terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid.
Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid
dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama
putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
5. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/
1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid
membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di
bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah
Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru
berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan
Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai
berai itu kepada keadaan semula.
6. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/
1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan
Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya
adalah melanjutkan usaha Muhammad I. yaitu untuk menguasai kembali
daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah
pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan
Hongaria.
Setelah bertambahnya
beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali
menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam
perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad,
perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II
kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan
diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
7. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/
1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II
meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya
Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat
menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali
sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota
Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah
dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Muhammad Al-Fatih
dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang
dipimpin Muhammad. Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
1) Dorongan iman kepada Allah SWT, dan
semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan
ajaran Islam.
2) Kota Konstantinopel sebagai pusat
kemegahan bangsa Romawi.
3) Negerinya sangat indah dan letaknya
strategis untuk dijadikan pusat kerajaan.
Usaha mula-mula umat
Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar
dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid.
Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng
yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai
pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala
sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota
Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaisar Bizantium
tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel terdapat
sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan Masjid bagi umat Islam.
Setelah kota
Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota itu dijadikan sebagai ibukota dan
namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan
umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara
sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah
pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh
beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II
(1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926
H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974
H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II
(974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III (
1573-1596 M)
Setelah pemerintahan
Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai
berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut
tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih
suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam.
Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti
Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan
berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya
adalah:
1. Rumania melepaskan diri
dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan
menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus,
Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi
daerah kekeusaan Persia.
Lebih jelasnya
kekhalifahan dinasti kerajaan Turki Utsmani sebagaimana tabel dibawah ini :
No.
|
Nama Khilafah
|
Tahun Pengangkatan (Masehi)
|
1
|
Utsman I
|
1281
|
2
|
Orhan
|
1324
|
3
|
Murad I
|
1306
|
4
|
Bayazid I
|
1389
|
Peralihan Kekuasaan
|
1402
|
|
5
|
Muhammad I
|
1413
|
6
|
Murad II
|
1421
|
7
|
Muhammad II
|
1444
|
8
|
Murad II (menjabat yang kedua kalinya)
|
1446
|
9
|
Muhammad II (menjabat
ketiga kalinya)
|
1451
|
10
|
Bayazid II
|
1481
|
11
|
Saim I
|
1512
|
12
|
Sulaiman I
|
1520
|
13
|
Salim II
|
1566
|
14
|
Murad III
|
1574
|
15
|
Muhammad III
|
1594
|
16
|
Ahmad I
|
1603
|
17
|
Musthofa I
|
1617
|
18
|
Utsman II
|
1618
|
19
|
Musthofa I (menjabat
kedua kalinya)
|
1622
|
20
|
Murad IV
|
1623
|
21
|
Ibrahim
|
1640
|
22
|
Muhammad IV
|
1648
|
23
|
Sulaiman II
|
1678
|
24
|
Ahmad II
|
1691
|
25
|
Musthofa II
|
1695
|
26
|
Ahmad III
|
1703
|
27
|
Mahmud I
|
1730
|
28
|
Utsman III
|
1754
|
29
|
Musthofa III
|
1757
|
30
|
Abdul Hamid I
|
1774
|
31
|
Salim III
|
1789
|
32
|
Musthofa IV
|
1807
|
33
|
Mahmud II
|
1808
|
34
|
Abdul Majid I
|
1839
|
35
|
Abdul Aziz
|
1861
|
36
|
Murad V
|
1876
|
37
|
Abdul Hamid II
|
1876
|
38
|
Muhammad Rasyid V
|
1909
|
39
|
Muhammad Wahid al-Din
|
1918
|
40
|
Abdul Majid II (hanya
bergelar sebagai khalifah)
|
1914
|
C. KEMAJUAN TURKI USMANI
1. ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman
pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya SultanOrkhan I (1326-1359
M). Pada masanya berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan
pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan
dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah benua Eropa
yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M,
Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I
(1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam
negeri dan melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan
Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru), Macedonia, Sopia,
Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan
Kerajaan Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh
Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389
M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan
Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat
menguasai Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M,
memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi
musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu
dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M.
pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan
Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di
tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia
memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid
meninggal, terjadi perebutan kekuasaan diantara putra–putranya (Muhammad, isa
dan sulaiman) namun diantara mereka Sultan Muhammad I yang naik tahta (1403-1421
M), di masa pemerintahannya ia berhasil menyatukan kembali
kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol, terlebih
setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M,
Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II
(1421-1484 M) mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/
Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II, dapat mengalahkan
Bizantium dan menaklukan Konstantinopel. Setelah Beliau meninggal di gantikan
oleh putranya Sultan Bayazid II, berbeda dengan Ayahnya, yang lebih mementingkan
kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul
kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya
Sultan Salim I
Pada masa Sultan
Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan
pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga
menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I
Meninggal, Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai
Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena
telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair,
Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia,
Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan
seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
2. ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota
yang maju dalam bidang industri
diantaranya :
a) Mesir sebagai pusat
produksi kain sutra dan katun
b) Anatoli selain sebagai
pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi
pusat perdagangan dunia pada saat itu
3. ASPEK ILMU PENGETAHUAN
1) Tempat pendidikan
Secara umum pada masa
dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian terhadap ilmu
pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan kurang begitu
menonjol, tidak seperti Dinasti Islam sebelumnya, akan tetapi ada
beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad Al-Fatih.
Dimana tersebarnya sekolah-sekolah di semua kota besar dan daerah terpencil.
juga terdapat perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dengan pengelolaan
sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjaman
2) Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan
al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari bahasa
yunani, latin, Persia dan arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang
diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya poltark,
buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku karangan abu
al-qasim al-zaharowi al-andalusi, seorang ahli kedokteran
yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi tambahan
pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi operasi
bedah
D. RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI
USMANI
a) Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah
Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II
(1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan
berakhrnya zaman keemasannya. Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat
perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam
pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya.
Pada tahun 1774,
penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang
berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan
di laut hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara
laut hitam dengan laut putih
b) Faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki
usmani dikategorikan menjadi :
1. Faktor internal
a) Karena luas wilayah
kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya
korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
b) Heterogenitas penduduk
dan agama.
c) Kehidupan istimewa yang
bermegahan.
d) Merosotnya perekonomian negara akibat
peperangan yang pada sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
2. Faktor Eksternal
a) Munculnya gerakan
nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa,
mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah
mereka bangkit untuk melawannya.
b)
Terjadinya kemajuan teknologi
di barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena
mereka masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti
eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.DAFTAR PUSTAKA
C.E. Bosworth, Dinasti-dinasti
Islam,(Bandung: Mizan, 1980),
Edyar, Busman dan Ilda Hayati,
Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, Pustaka Asatruss,2009).
Hitti, Philip K. History of the
Arabs, (London: The Mac Millan Press, 1974),
Nasution, Harun. Pembaharuan
Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996),
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan
Kebudayaan Islam Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia, 1988)
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban
Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003
Al Usairi, Ahmad, terjemah Tarikhl
Al Islamiy “Sejarah Islam”, Akbar, Jakarta 2008
Syalaby, Ali Muhammad, Bangkit Dan Runtuhnya
Khilafah Utsmaniyah,pustaka Al kautsar, Jakarta 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar